Ini adalah hari ke 3 kelas Lisensi NLP Practitioner sedang berlangsung di hotel Richmond Jakarta. Senang melihat para peserta belajar dan begitu serius sampai datang dalam kondisi rapi dan pulang dalam kondisi sudah tertransformasi dengan baik. Dalam kelas kemaren saya bercerita tentang bagaimana ketika memberikan feedback kepada anak saya berkaitan sikap dia yang kurang sopan. Yes, itu juga tanggungjawab saya karena saya tidak pernah mengajarkan apa itu definisi sopan santun dan bagaimana caranya harus bersikap kepada orang yang lebih tua. Dan itu disampaikan oleh istri saya kepada saya, dan saya putuskan untuk memberikan feedback dengan menggunakan pendekatan NLP yang PAS dan TEPAT. Karena saya percaya jika menggunakan NLP dengan PAS dan TEPAT maka hasil akan berbeda.
Dalam dunia nyata, banyak orang yang melakukan kesalahan dalam memberikan feedback yaitu langsung saja menegur tanpa memahami apa intensi dia dalam melakukan itu, apa dia sengaja atau tidak sengaja karena ketidaktahuannya atau sejenisnya. Dan juga kita sadari bahwa orang tidak mungkin terbuka apalagi seorang anak jika ditanya secara langsung, maka saya putuskan untuk menjalin hubungan baik dahulu. Loh memang sama anak harus selalu menjalin hubungan? Kan sudah menjalin hubungan dulu donk sejak lahir. Itu betul, hanya ketika memulai pembicaraan anda harus mencairkan suasana dulu dengan menjalin hubungan ulang.
Oleh karena itu, saya putuskan untuk mengajak dia secara privat dan tidak bersama adiknya. Dan ketika itu saya mulai ajak berbicara mengenai kehidupan dia disekolah, kesibukan dia dengan pelajarannya, tentang teman – temannya dan sebagainya. Dan juga sambil mengajak dia makan. Karena dengan mengajak dia makan ditempat yang dia suka maka lebih mudah mencairkan suasana dengan relatif lebih cepat.
Ketika sudah mulai mencair, maka saya mulai bertanya untuk menyamakan persepsi apakah dia tahu apa artinya *sopan* dan ternyata diversi kepala dia sopan itu tidaklah terlalu salah hanya kurang diperluas. Sehingga saya memutuskan untuk mencari definisi sesungguhnya di mbah google dan sambil minta dia membaca dan dia menjelaskan berdasarkan apa yang dipahami. Karena saya sebagai trainer yang mempelajari taxonomy bloom bahwa proses pembelajaran sebelum mampu melakukan maka dia harus dilevel tahu baru lanjut dilevel pemahaman dan baru mampu melakukan. Dan saya tidak mau hanya sekedar menegor dan belum tentu dia mengerti kesalahannya dimana. Setelah menyamakan PETA pikirannya dulu lalu saya lanjutkan memberikan masukan kepada dirinya dan barulah anak saya paham dimana letak kekurangannya dan kemudian saya tutup terakhir dengan mengajak diskusi agar bisa informasi baru yang disampaikan bisa dicerna dengan sempurna.
Jadi apa yang membuat sebuah feedback tidak efektif?
Apakah sudah menjalin atau mencairkan suasana saat diawal?
Apakah langsung loncat ke feedback?
Apakah sudah mengecek pemahaman dia mengenai definisi permasalahan tersebut?
Dan sudahkah di diskusikan kemungkinan yang membuat gagal pemahaman tersebut?
Yuk gunakan cara yang PAS dan TEPAT dengan teknik NLP yang PAS dan TEPAT. Karena tidak semua orang yang mengajari dan mengaku paham NLP bisa membuat menjadi Lifestyle kehidupannya sendiri. NLP bukanlah tools. NLP adalah kehidupan. Sudahkah menjalankan kehidupan sesuai dengan NLP tersebut?
Hmmm makin menarik kan?
Antonius Arif