NLP UNTUK SUKSES BISNISMU |NLP Leadership Indonesia – bagian 4 (akhir)
Oleh coach Antonius Arif, LTNLP
Bagi yang belum baca artikel bagian 1,2 dan 3 dibaca dulu biar enak belajar berikutnya.
Ketika itu saya mendapatkan tantangan dari salah satu Pemimpin agency asuransi yang terkenal dan jago melakukan perekrutan. Mereka bingung kenapa teamnya tidak bisa seperti dirinya. Dan buat saya ini menarik nih. Lalu saya terima tantangannya.
Dalam NLP (neuro linguistic programing) ada teknik yang namanya Neuro logical level (NLL) dan dibagian artikel ini saya hanya kupas dibagian capability (kemampuan) saja.
Ketika mendapat tantangan itu, saya meminta untuk saya bisa melakukan interview kepada 3 orang pemimpin asuransi yang jago merekrut. Baik jago merekrut pengusaha, merekrut anak muda dan merekrut konsultan atau perbankan. Dan ini yang saya temukan menarik. Kenapa menarik?
Semua punya teorinya kalau merekrut itu harus temukan hot button nya tapi yang menjadi masalah setiap industri ada hot button yang berbeda dan teknik bertanyanya juga berbeda.
Ya memang dasar yang digunakan tetap teknik meta model dalam bertanya untuk menemukan hot button dan teknik milton model dalam membujuk orang untuk join ke bisnis mereka dan teknik mengatasi keberatan dengan sleight of mouth tertentu dan juga dengan teknik framing dan reframing dalam menjalankannya.
Ternyata teknik bertanyanya akhirnya saya menemukan pola yang tidak bisa saya sharingkan disini berkaitan kerahasiaan. Tetapi bisa saya buat ilustrasi mudahnya jika diteknik consultative selling ada teknik yang namanya SPIN yaitu menanyakan situasi, problem, implication dan need pay off. Dan setiap bagian itu ada teknik pertanyaan sendiri lagi yang berbeda beda. Nah itulah dasar saya membuat skema dalam merekrut mereka. Woww, menarikkan?
Yang jadi pertanyaan kenapa mereka sudah sharing cara mereka merekrut sebelum dimodeling tetapi tidak bisa diaplikasikan ke orang lain? Jawabannya sederhana karena mereka tidak membuat sistem pembelajaran yang baik dan juga tidak membuat sistem penerapan dengan taxonomy bloom yang baik. Wajar akhirnya ilmu yang dipelajari tidak bisa dihidupi.
Inilah menariknya NLP jika kita bisa memahami isi kepala orang dan bagaimana cara mereka melakukannya.
Menarik kan?