Selamat Pagi
Beberapa puluh tahun yang lalu ketika mendengar kata stres menurut saya sih biasa saja. Saya nga pernah pusing kata stres karena stres buat saya seperti kehidupan sehari hari dan seakan2 itu membuat saya terpacu untuk lebih bagus lagi dalam bekerja. Bahkan saya pernah membuat satu kutipan yang mengatakan bahwa stres adalah sahabat saya. Upsss, pemikiran yang salah tuh.
Yes, stlh 2-3 thn belakangan ini saya baru menyadari bahwa stres itu berbahaya buat tubuh manusia serta tubuh saya. Waduh, kok bisa saya tidak memahami ya. Bener2 kacau dah.
Yes, stres itu bisa membuat masalah di kesehatan mental dan fisik. Untuk mental sih saya tidak ada isu tetapi utk kesehatan fisik, waduhhh sudah mulai kena dampaknya. Baik hipertensi, Diabetes miletius 2, Gerd bahkan sampai gangguan sexual. Dan saya sampai habis puluhan juta hanya untuk membereskan satu masalah dan dampaknya tidak banyak membantu. Dan apalagi stres ternyata secara tidak langsung itu seperti silence killer. Dan kita menganggap ahh kerja santai tidak stres (persepsi: berasumsi stres itu memikirkan sesuatu berlebihan sehingga kepala seperti pusing), ternyata hal spt itu sudah diasumsikan stres oleh tubuh. Dimana ketika stres akan memicu kelenjar adrenal dan kelenjar adrenal akan mengeluarkan kortisol dan adrenalin. Dan hal itu akan memacu jantung berdetak lebih kencang, asam lambung meningkat, tensi darah akan meninggi serta gula darah akan naik. Dan ini pangkal sakit jantung, hipertensi, diabetes miletius 2, stroke dan gangguan lainnya.
Dan sengaja saya attach gbr bahaya stres. Lalu saya mulai menyadari kata Guru Besar saya Dr Richard Bandler, kenapa saya tidak menikmati kehidupan dengan lebih menyenangkan. Kan kalau menyenangkan maka tubuh saya tidak akan rentan terhadap penyakit. yes, kita bisa happy kapanpun kita mau sama seperti tinggal memencet tombol seperti dikokpit pesawat. Dan itu yang saya sharingkan di kelas Design Human mind technology yang diselenggarakan tgl 25-26 Mei 2019 ( info http://bit.ly/DesignHumanMind ) dan kelas ini terakhir saya selenggarakan 2 thn lalu dan saya tidak tahu kapan akan membuat lagi.
Apa yang saya lakukan dengan kokpit pesawat pikiran saya? Saya menyadari kuncinya saya harus memunculkan 2 tombol yang saya bisa putar sendiri seperti volume di sound system. Yaitu relax dan gembira
- Saya mengidentifikasikan tombol didalam diri saya berbentuk apa? Apakah volume naik turun atau diputar atau digital
- Saya meletakan satu emosi tertentu ke satu tombol.
- Mengidentifikasikan dan menginstal emosi tersebut ke tombol yang diinginkan
- Lakukan test. Jika lagi stres maka tombol relax akan saya naikkan dan stres saya turunkan. Begitu juga tombol happy akan saya putar volumenya.
Nah asyiknya diri kita bisa mengatur atau mengontrol sendiri sesuai yang diinginkan.