Coaching 101 – Membangun Kepercayaan

Salam Semangat!

Pernahkah Anda berada di dalam sekumpulan orang yang saling curiga? Bagaimana rasanya berinteraksi dengan mereka? Atau pernahkah Anda merasa kurang percaya dengan atasan? Apakah Anda bisa bekerja dengan optimal dalam situasi seperti itu? Apakah Anda akan nyaman dan terbuka dengan dia?

Sekarang, kebalikannya: apakah karyawan Anda merasa nyaman dan percaya dengan Anda?

Setiap hubungan antar manusia, selalu musti diawali dengan rasa saling nyaman dan percaya agar bisa berjalan dengan baik. Dengan kadar yang tepat, rasa nyaman dan percaya akan memperlancar pekerjaan lho. Karyawan Anda akan terbuka menceritakan berbagai permasalahan dan kendala, dan Anda bisa mendapatkan informasi yang akurat untuk bisa mengambil kesimpulan dan tindakan yang paling tepat.

Bila kita mengacu ke kompetensi inti yang musti dikuasai seorang Coach, membangun rasa percaya masuk dalam kompetensi inti Establishing Trust and Intimacy, atau Membangun Rasa Percaya dan Keakraban.

Ini adalah kemampuan sangat penting dan musti dipraktikan oleh seorang Coach mulai dari perkenalan awal dengan klien, menggali kebutuhan, menjelaskan coaching, bahkan musti terus menerus dilakukan di setiap sesi coaching.

Tanpa mempraktikannya, maka semua kompetensi lainnya akan tidak maksimal. Misal, semua teknik bertanya tidak akan berdampak, klien tidak akan mendapatkan kesadaran baru, dll. Bahkan klien yang pasif atau resisten dalam sesi coaching, besar kemungkinan karena dia belum merasa percaya dan akrab dengan Coach-nya. Masuk akal kan?

Apabila sudah berlatih membangun rasa percaya dan keakraban di program coaching 66 jam, maka kita akan bisa mempraktikannya di berbagai gaya kepemimpinan, jadi bukan hanya saat sedang meng-coaching saja.

Ada banyak cara mempraktikan kompetensi ini sebagai atasan di perusahaan Anda diantaranya adalah:

1. Tunjukkan kepedulian yang tulus, terutama kepada masa depan dan kondisi karyawan.

2.Praktikan integritas diri Anda. Buat aturan-aturan yang transparan, penuhi janji-janji, lakukan apa yang kita katakan, serta jujurlah kepada mereka.

Walaupun tidak selalu sepakat, tetap hormati dan hargai sudut pandang karyawan.

Apabila kita terus menerus menerapkan hal-hal di atas, maka level kepercayaan karyawan dengan kita akan meningkat sehingga akan berdampak positif pada kinerjanya.

Sudah banyak para manajer perusahaan yang telah belajar coaching skill 66 jam telah membuktikan aplikasinya, bukan hanya saat melakukan coaching namun saat memimpin.

Belajar Coaching Skill 66 Jam secara LENGKAP dan FUN akan memberikan hasil perbaikan di kehidupan pribadi dan profesional kita.

M. Adithia Amidjaya, PCC

NLP for Life – Human Basic Need for Sales

Selamat Pagi

 

Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar. Dan ketika kebutuhan dasar itu bisa dipenuhi maka dirinya akan terpuaskan. Dan menariknya jika anda bekerja sebagai seorang Sales dan Marketing serta sebagai negosiator jika anda mengetahui Human Basic Needs maka akan lebih mudah mempengaruhinya.

 

O ya? Serius?

Yes, dan itu salah satu materi yang saya bagikan dikelas NLP Persuasive Selling program Ramadhan tgl 31 mei – 1 juni 2019 ( info ) untuk terjadinya proses persuasive.

 

Mau tahu lebih dalam?

 

Ada 4 human basic needs

  1. Pertahanan hidup. Dimana mereka mau agar umur panjang dan tetap sehat.
  2. Percintaan. Dimana mereka mau selalu dicintai dan merasa dicintai oleh orang lain
  3. Uang. Mereka mau selalu tidak kekurangan akan uang. Karena ini salah satu ketakutan yang kadang menjadi penghambat
  4. Dihargai. Mereka mau harga diri mereka tetap terjaga. Bahkan meningkat.

 

Dengan menggunakan teknik yang tepat kita bisa tahu apa basic needs mereka sehingga jika itu dipenuhi maka mereka lebih mudah untuk terpengaruh oleh anda. Apalagi jika ini kita gunakan dalam copywriting.

 

Hmm menarikkan?

 

Selamat melakukan.

 

Antonius Arif

NLP for Life – Mengempower diri dan orang lain

Selamat Pagi

 

Pernahkah anda memberi masukan kepada orang lain dan orang lainnya menolak anda? Bahkan mereka seperti memprotek dirinya sendiri?

 

Yup, jika anda tidak memahami fungsi kerja otak dan tidak memahami cara NLP bekerja dipikiran anda, sama saja anda seperti seseorang yang sedang berjalan dalam kegelapan. NLP itu bagaikan sebuah buku panduan buat pikiran anda. Sebuah guidance system untuk membawa anda sesuai keinginan anda dan juga untuk mengatasi trouble shooting. Ya memang ada orang yang mengatakan sama seperti buku manual diri anda.nlp for life

 

Tetapi buat saya, ini bukan hanya buku manual tetapi buku blue print yang digunakan para montir atau tukang reparasi peralatan elektronik. Yup.

 

Coba seandainya ada seseorang yang lagi bermasalah dan anda kasih tahu dengan cara keras atau menyindir pasti reptil brain akan jalan. Dimana fungsi reptil brain ada 4. Yaitu fight, flight, food dan fuxk. Yup, jd ketika ada seseorang menyindir atau menyerang dirinya maka reaksinya ya kalau ngs fight ya flight alias menghindar. Nah loh, jadi harus bagaimana? Ya jaga hubungan dulu kpd reptil brain bahwa anda tidak punya maksud buruk. Sama seperti anda kalau mendekat kepada buaya, ular atau kadal dan kalau mereka merasa anda itu berbahaya maka pilihannya hanya 2 yaitu menyerang atau menghindar. Hmm menarik ya 🙂

 

Trus selanjutnya teknik NLP mengajarkan untuk menggunakan building rapport. Jadi ibaratnya reptilnya jinak. Yang dipikiran anda bayangkan seperti membuat binatang itu jinak. Gimana caranya hihihi

 

Selanjutnya baru kita cari tahu apa niat positif dia melakukan itu dan lanjutkan dengan memahami dan menyetujui maksud positif dia. Lalu berikan dia saran. Maka human brain akan jalan. Karena fungsi human brain adalah berpikir dan menganalisa.

 

Seandainya saja anda yang sebagai atasan dan melihat sesuatu yang tidak sesuai harapan maka reptil brain anda akan bermain maka anda akan muncul perasaan emosi. Maka yang harus anda lakukan adalah “jinakan” reptil brain anda dan gunakan limbic brain atau mamalia brain. Dimana mamalia adlh mahluk yang berempati kepada sesamanya. Jadi secara NLP lakukan reframing. Lihat dari sudut positifnya. Cari sudut empatinya dari situasi yang menyebabkan hal tersebut. Ingat empati bukan berarti anda tetap membiarkan mereka dalam kondisi buruk seperti itu. Lalu gunakan neo cortex brain alias human brain untuk memberikan pengarahan kepada mereka dengan mengajak mereka berpikir. Teknik yang efektif dalam NLP adalah teknik bertanya sehingga mereka akan menganalisa apakah tindakannya benar atau tidak?

 

Yuk gunakan teknik NLP yang PAS dan TEPAT agar hidup anda lebih cepat mencapai kesuksesan.

 

Antonius Arif

Fungsi Coaching Dalam Perusahaan

Setelah membahas mengenai sejarah coaching kali ini saya akan membahas mengenai fungsi coaching. Pada dasarnya coaching merupakan alat yang ampuh dan dapat membantu anda untuk membuat perubahan dalam bisnis atau karir, meningkatkan kinerja anda, meningkatkan hubungan anda dengan orang lain atau mengembangkan keterampilan khusus. Dan untuk menjadi seorang leader yang baik harus mempunyai kemampuan untuk memotivasi, mengembangkan, mengarahkan sumber daya manusia yang ada, dan tidak hanya berfokus pada proses dan hasil kerja saja karena dengan adanya pengembangan dan motivasi diharapkan menjadi dorongan terbentuknya kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan bersama, sehingga keberhasilan dalam bekerja menjadi prestasi bersama.

Penerapan fungsi coaching sangat dibutuhkan salah satunya untuk proses pendampingan atau orientasi kepada individu yang ada dalam perusahaan dan untuk mengasah skill yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan serta untuk memastikan adanya kesesuaian kompetensi dengan jabatan yang ditetapkan. Contoh seperti fungsi coaching terkait dengan peranan dari fungsi sales, dimana seorang sales membutuhkan pengembangan dan optimalisasi dari kapasitas keahlian yang sudah dimilikinya agar dapat sesuai dengan kompetensi perusahaan. Fungsi dan pengembangan perananan sales ini menjadi aspek yang utama untuk dioptimalkan dalam peranan coaching dibandingkan training.

Coaching juga dapat berfungsi sebagai penyempurna pelatihan karena pada umumnya pelatihan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan baru kepada pesertanya namun permasalahan yang terjadi adalah ketika seorang karyawan kembali ke tempat kerjanya, masih sering menemukan kesulitan bagaimana mengimplementasikan ilmu dan ketrampilan yang dia dapat dari pelatihan ke pekerjaannya. Dengan adanya proses coaching dapat memastikan karyawan tersebut dapat menerapkan ilmu dan keterampilan barunya untuk pekerjaannya sehari – hari, sehingga investasi yang telah ditanam oleh perusahaan tidak sia-sia.

Coaching sendiri memiliki konsep dimana memungkinkan bagi individu untuk dinilai langsung di lapangan. Sehingga ketika ditemukan permasalahan atau penyimpangan dapat langsung diperbaiki. Hal ini lah yang membedakan antara fungsi coaching dengan fungsi pelatihan, yang mana dalam coaching individu diminta untuk mempraktekan secara langsung dan proses perbaikan juga dijalankan secara langsung.

 

Coaching berfokus pada kinerja individu dan dalam konteks kinerja organisasi secara keseluruhan, pentingnya dalam meningkatkan kesadaran mereka yang berdampak pada bisnis yang secara luas. Coaching melibatkan partisipasi seorang coachee, menemukan solusi mereka sendiri dan menyetujui tindakan mereka akan mengambil, itu dorongan yang lebih dalam dan lebih tahan lama dalam perubahan perilaku.

Jika dilihat dari sisi lain coaching adalah proses di mana individu diaktifkan melalui pertanyaan dan diskusi untuk memecahkan masalah pembelajaran atau dapat menggali kemampuan seseorang agar mereka dapat ditempatkan sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka, dan dalam rangka meningkatkan kinerja mereka di tempat kerja serta membuka wawasan yang tentang diri mereka sendiri, kemampuan mereka, dengan potensial.

Coaching juga merupakan sarana untuk mengembangkan kemitraan antara atasan dengan karyawan yang menciptakan pemahaman bersama tentang apa yang perlu dicapai dan bagaimana hal itu harus dicapai.

 

*diambil dari berbagai sumber

Sejarah Coaching

Kita sudah sering mendengar Istilah “coaching” tetapi tahukah kita bagaimana awalnya coaching itu? Kata coach berasal dari tahun 1610-an yang artinya secara harafiah “membawa” atau “mengangkut” sesuatu atau seseorang di dalam sebuah coach (alat transport), yang memiliki arti aplikatif. Coaching pada awalnya diperkenalkan tahun 1830 yang menunjuk kepada seorang pelatih (trainer) atau instruktur. Penggunaan istilah “coach” juga dikaitkan dengan dunia olah-raga yang dipakai tahun 1831. Kata coach berarti melatih secara intensif dengan pemberian instruksi dan demonstrasi.

Kata coaching itu sendiri memiliki arti yang beragam, dan terus berevolusi sejalan dengan bergeraknya waktu, dan dari zaman ke zaman, sebab coaching dapat dihubungkan dengan segala jenis aktivitas, pekerjaan, bidang studi, bidang karier, dan bidang-bidang lainnya. menurut Joseph O’Conner, Andrea Lages dan kawan-kawannya dalam bukunya yang berjudul “How Coaching Works” coaching artinya adalah membantu orang lain agar memenuhi dan mencapai kehidupan yang memuaskan. Selain itu ada juga definisi “coaching adalah membuka potensi seseorang untuk mencapai performance yang maksimal. Ini lebih membantu mereka jika dibandingkan dengan mengajari mereka.” Dan menurut ICF Coaching sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

Coaching digunakan sebagai alat yang berfungsi secara variatif menurut keperluan dengan metode yang beragam. Oleh sebab itu, pengertian dan konsep coaching seringkali tumpang-tindih dengan konsep-konsep seperti: mentoring, teaching, counseling, consulting, bahkan curing atau theraphy.

 

Prinsip Coaching

Masih menurut Joseph O’Connor dan Lages, mereka mengemukakan ada 4 (empat) prinsip dalam proses coaching, yaitu :

 

  • Perubahan (change). Dalam percakapan coaching harus mengacu pada sebuah aksi yang dapat mengubah kondisi awal ke kondisi yang lebih baik, sesuai dengan tujuan yang diinginkan pihak yang coachee. Biasanya ukuran keberhasilan sebuah percakapan coaching adalah pada dampak yang dihasilkan setelah coachee melakukan tindakan nyata, untuk memecahkan masalahnya.
  • Kepedulian (concern). Seorang coach akan menanyakan apa yang menjadi kepedulian coachee. Kepedulian coachee biasanya menyangkut isu-isu yang mau dibicarakan, harapan atau sasaran apa yang mau dicapai. Coach terlebih dahulu harus yakin bahwa coachee membutuhkan pemecahan masalah. Coachee adalah orang yang membutuhkan coach, bukan coach membutuhkan coachee, walaupun dalam proses coaching kedua-duanya harus saling berinteraksi.
  • Pembelajaran (learning). Selain tujuan akhir tercapai, coachee perlu memiliki pengalaman belajar ketika sedang menghadapi masalah. Pengalaman belajar yang paling penting di antaranya ialah: belajar merefleksikan pemikiran-pemikiran sendiri, belajar menemukan sendiri jawaban-jawaban yang muncul dari hasil analisa dan refleksi pribadinya, dan belajar merayakan penemuan-penemuan kecil yang dihasilkan untuk pengembangan diri di masa yang akan datang.
  • Hubungan (relationship). Selalu melibatkan dua orang yakni coach dan coachee. Coaching tidak akan pernah terjadi bila salah satu dari dua orang ini tidak hadir. Oleh sebab itu, kedua orang ini harus menjalin sebuah hubungan yang baik, menyenangkan, saling mempercayai, saling menjaga rahasia percakapan, dan tetap saling menghormati. Semakin baik relasi kedua orang ini, semakin baik pula suasana dan hasil sebuah percakapan coaching.

 

 

 

Referensi :

Joseph O’Cornor and Andrea Lages. How Coaching Works.

https://teknologikinerja.wordpress.com/2016/07/22/coaching-skills/

Pramudianto. I’m Coach: Strategi Mengembangkan Potensi Diri dengan Coaching.2015.Yogyakarta.