Bingkai Pikiran
By Coach Antonius Arif
Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain ada istilah dalam NLP yang disebut Frame atau kita sebut bingkai pikiran. Dimana ini menjadi seperti mindset didalam pikiran kita, ketika kita berhadapan dengan orang lain memakai filter tertentu yang sudah kita atur dalam pikiran kita.
▪️ Saya beri contoh : Ketika saya melihat ada seorang dosen yang mukanya jutek banget saat masuk kuliah maka dari awal saya sudah mempunyai pikiran atau frame bahwa dosen ini jutek banget. Atau jika ada dosen masuk dan senyum senyum saat masuk maka kita sudah berasumsi bahwa dia dosen yang baik hati.
Begitu juga kalau dilihat dari sudut dosen tersebut, ketika dia mau dikenal sebagai dosen killer dan agar tidak dipermainkan muridnya maka dari awal masuk kelas dia sudah memasang frame bahwa dirinya adalah orang yang tidak bisa dibuat main main maka secara otomatis cara bicaranya dibuat setegas mungkin.
Nah itulah yang disebut bingkai pikiran.
Bayangkan kalau kita bertemu orang baru, kita mau menggunakan frame apa ? jika mau memakai dari awal adalah orang bersahabat maka saat menyapa orang lain maka kita sudah muncul dengan muka bersahabat tentunya. Dan biasanya Ketika kita bermain dengan peran sebagai orang bersahabat dan orang didepan kita bisa terpancing mengikuti frame kita tersebut. Ini dengan syarat orangnya tidak memakai frame tertentu ya. Beda cerita kalau kita bertemu dengan aparat keamanan yang dari awal sudah jutek dan Ketika kita dengan gaya bersahabat maka dia bisa ngomel dari awal dianggap kita cengengesan.
Jadi masuk akal kan?
Nah kalau kita mau berkomunikasi dengan orang lain, kita harus tentukan dulu mau menggunakan frame apa saat bertemu? Dan saya pernah melakukan demonstrasi dikelas saat mengajarkan Teknik komunikasi dengan pendekatan NLP, saya meminta ada satu orang maju ke depan dan orang tersebut saya minta menjadi manager dan menggunakan frame dipikiran bahwa orang yang diajak bicara (bermain peran sebagai staf) adalah orang yang tidak bisa dipercaya dan suka bohong.
Jadi saat orang yang menjadi manager langsung seperti orang yang tidak percaya saat mendapat laporan dari yang bermain peran sebagai staf. Kenapa bisa begitu? Karena orang tersebut sudah menggunakan frame bahwa stafnya ini tukang bohong dan tidak bisa dipercaya.
Kemudian saya lakukan eksperimen kedua dimana dia menjadi manager yang bisa memberikan solusi dan stafnya tetap sama seperti biasa tapi kali ini, Ketika manajer tersebut mendapat laporan dari staf nya dengan isi percakapannya yang sama tapi ditanggapi dengan cara berbeda dan membantu mencarikan solusi, wowwww, apa yang terjadi? Ternyata frame yang berbeda berdampak kepada orang yang diajak bicara.
Inilah yang disebut the Power of Frame.
Bahkan ada penelitian yang dilakukan oleh Harvard University dalam bukunya Pygmalion in management yang ditulis oleh J Sterling Livingston menuliskan Apa yang diyakini para manajer tentang diri mereka sendiri secara tidak disadari mempengaruhi apa yang mereka yakini tentang bawahannya, apa yang mereka harapkan dari bawahannya, dan bagaimana mereka memperlakukan bawahannya.
Dengan kata lain, catatan kesuksesan dan kepercayaan diri para manajer yang superior terhadap kemampuan mereka sendiri memberikan kredibilitas terhadap harapan mereka yang tinggi. Dan inilah juga yang sebagai bagian dari frame.
Tapi apa sih Pygmalion? Ini adalah cerita rakyat yang kita tidak tahu kebenarannya tetapi dilakukan penelitian dengan dalam buku 10 Metamorphoses karya Ovid, Pygmalion adalah seorang pematung Siprus yang mengukir seorang wanita dari batu gading dan menamainya Galatea.
Ketika Pygmalion melihat Propoetides dari Siprus mempraktikkan prostitusi, dia mulai “Membenci kesalahan yang tidak dapat diukur yang telah diberikan oleh alam kepada wanita”. Dia bertekad untuk tetap membujang dan menyibukkan diri dengan seni pahat. Dia membuat patung seorang wanita yang menurutnya begitu sempurna hingga dia jatuh cinta padanya.
Pygmalion mencium dan membelai patung itu, membawakannya berbagai hadiah, dan membuatkan tempat tidur mewah untuknya. Sampai akhirnya, hari raya Aphrodite tiba dan Pygmalion memberikan persembahan di altar Aphrodite. Di sana, karena terlalu takut untuk mengakui keinginannya, dia diam-diam mengharapkan seorang pengantin wanita yang akan menjadi “Serupa dengan gadis pahatannya”.
Ketika dia kembali ke rumah, dia mencium patung tersebut, dan mendapati bibirnya terasa hangat. Dia menciumnya lagi, dan menemukan bahwa patung tersebut telah kehilangan kekerasannya. Aphrodite telah mengabulkan keinginan Pygmalion. Pygmalion menikah dengan patung yang berubah menjadi seorang wanita di bawah restu Aphrodite.
Kisah inilah yang diteliti lebih lanjut dan dilakukan eksperimen dalam buku Pygmalion in management. Efek Pygmalion pertama kali diamati di ruang kelas. Psikolog sosial Robert Rosenthal dan kepala sekolah dasar Lenore Jacobson mengamati fenomena ini pada tahun 1968 di sebuah sekolah. Mereka melakukan eksperimen untuk menguji apakah prestasi siswa dapat dicapai dengan sendirinya, berdasarkan harapan guru.
Rosenthal dan Jacobsen memberikan tes IQ kepada anak-anak sekolah dasar. Dan dicarikan guru baru dan guru tersebut tidak mengetahui mana yang pintar dan tidak dan bahkan beberapa yang kurang pintar dimasukan dikelas tersebut dan menariknya gurunya tersebut dikasih tahu bahwa seluruh murid murid ini pintar semua dan guru ini dengan tidak sadar memperlakukan mereka seperti orang pintar semua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor IQ semua yang ditest menjadi tinggi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru guru tersebut. Karena dari awal guru guru tersebut sudah menganggap mereka ini adalah anak anak berbakat jadi secara tidak sengaja terjadilah persis seperti yang diharapkan.
Harapan para guru telah mengubah cara mereka memperlakukan anak-anak dan mempengaruhi kemampuan anak-anak. Dan guru tidak membedakan mana yang pintar dan tidak.
Dan inilah yang menjadi dasar dari frame yang kita bahas diatas. Menarikkah? Jadi Ketika kita berhadapan dengan orang tertentu maka kita harus mengeset ekspektasi dipikiran kita dahulu dan itu yang akan kita lihat. Inilah yang menarik tentang komunikasi dengan Teknik NLP.
Salam performance,
=======================
BOOK YOUR CALENDAR
Let’s join with our class
90 Days Performance Coaching Breakthrough Batch 3
By Coach Antonius Arif
Oktober 2023
Licensed Business Practitioner of NLP
By Coach Antonius Arif
November 2023
Strategic Business Coaching Certification
By Coach Adithia Amidjaya
Desember 2023 – April 2024
Info selengkapnya silahkan hubungi: https://PendaftaranTrainingAisyah.wasap.my